Sabtu, 07 Desember 2013

Cekidot Cekipreng: Putri Sang Penyelamat

19-05-13



Kenal Putri? Engga? Search di mbah google. Pasti ada tuh banyak pilihan, ada Putri yang di tukar, Putri tidur, Putri Indonesia, dan Putri yang lainnya.

Banyak hal yang berbau Putri, banyak orang yang bernama Putri. Tapi Putri yang satu ini berbeda, Putri Oktarini.

Cewek berjilbab ini memang bisa dibilang pendiam. Setiap harinya di kelas ia hanya diam, mendengarkan guru mengajar, mencatat materi, dan setia duduk bersama cewek berjilbab yang tak diam, Riska Wentii. Putri, jika engkau tak kuat, lambaikan tangan saja.

                                                                                                **

Siang ini Jean sedang mengikuti pelatihan untuk olimpiade, otomatis Siti duduk sendirian. Bangku Siti dan Jean tepat berada di sebelah kanan bangku aku dan Syifa. Aku memasuki kelas, berjalan menuju tempat duduk, lalu duduk. Yaiyalah.

Aku mendengar suara seperti gemericik air. Tes tes teeeeees. Aku berbalik mengahadap bangku Jean dan Siti. Ternyata bekal air yang Jean bawa dari rumah telah tumpah karena posisi meletakan yang salah.

“Tumpahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,” aku berteriak panik.

Kini seluruh mata tertuju pada tumpahan air itu. Ada yang ber ”waw”, sebagian besar lainnya hanya melihat lalu kembali ke posisi semula. Tapi ada 1 orang yang membantu.

Siapakah dia?

Putri.

Berbeda dengan yang lainnya, bocah Alim alias Anak Limbangan ini dengan sigap membantu aku membersihkan tumpahan air. Putrilah yang menggeser bangku, lalu mengelap sudut bangku yang basah kemudian membuang sampah yang berserakan di sekitar bangku. Putri bekerja sendirian, sesekali aku dan Siti membantu. Tapi percayalah, hanya Putri yang se “care” dan seikhlas itu membantu. Jujur saja, aku dan Siti walau membantu membersihkan, namun masih saja menggerutu menyalahkan Jean yang membawa dan meletakan botol dengan posisi yang salah. Bagaimana dengan anak-anak lain? Mereka terus melanjutkan kegiatan masing-masing. Acuh tak acuh. Sesekali Zulfa melirik TKP dan bersorak, “SEMANGAT.” Lalu Syifa ikut bersorak dan menggenggam tangan. Semangat.

                                                                                                **

2 Mei

Kamis, upacara. Kamis, Bahasa Indonesia.


Bu Endang memasuki kelas. Berjalan sambil melirik lantai kelas. Bagus sekali, bersih!
Setelah membuka pertemuan hari ini dengan salam cerianya, tiba-tiba beliau melontarkan pertanyaan yang membuat kita ber “hah”

“Siapa yang berpidato pada upacara tadi?”

“Hah?” kami selalu kompak.

Berbagai ekspresi muncul, ada yang memasang muka bingung, muka ancur, dan muka sok iye. Menyebalkan.

Bu Endang memulai kesempatan untuk menjawab pada barisan paling depan, lalu menderet ke kiri, sebelum ada yang berhasil menjawab dengan benar, pertanyaan akan terus dilanjutkan sampai barisan paling akhir. Aku duduk di deretan belakang, dan aku tak tahu jawabannya.

Rupanya barisan depan beropini sama denganku, “tidak tahu.”

Lalu sampailah pada titik dimana Putrilah yang harus menjawab. Dengan enak dan entengnya bocah ini menjawab dengan baik dan benar. Putri penyelamat aku dan teman-teman di barisan belakang. Prok prok proks!



NB: Putri juga jadi penyelamat sebagai penutup image X.3 yang kebanyakan remidi PKn, ia mengerjakan dengan jujur. Bagi Naga, Putrilah sang peraih highscore ulangan PKn beberapa waktu lalu


Pesan Kramat: seperti yang saya sudah katakan di Cekidot cekipreng sebelumnya, “HATI-HATI DENGAN SABTU.” Sabtu kali ini berhasil membuat baju yang sedang Syifa jemur di kosan menjadi sangit akibat kabut di sekitar kosan.

Cekidot Cekipreng: Hari Idaman atau Hari Keringsangan?



28-11-13

“Yawoh semoga besok workshop, biar ngga jadi ulangan mtk.” Ucap salah satu warga Pampats.

Sehari tanpa guru.
Pernah ada keinginan ngga kalo sehari tanpa guru masuk kelas alias “bebas”?
Kalo pernah, berarti hari Kamis 28 November 2013 adalah hari perwujudan atas doa-doa kalian semua.
Tapi ternyata ngga selamanya yang “bebas” itu enak.
                                                                                                **
Pagi ini warga Pampats sedang sibuk membolak-balik buku catatan matematika masing-masing, ada diantara mereka yang langsung pasrah sehingga tak belajar, ada juga yang berusaha belajar tapi ternyata ngga mudeng sama sekali.
Saat bel masuk berbunyi, keringsangan mulai terjadi. 99% warga Pampats berdoa semoga Bu Titik ngga masuk, sisanya berdoa dengan songongnya minta cepet-cepet ulangan.
*Jengjeng*
Bu Rina adalah jawaban atas segala doa-doa kami. Saat beliau baru muncul di depan pintupun kami sudah berjingkrak-jingkrak tak karuan, karena kami sudah menduga bahwa Bu Titik tidak masuk kelas.
Doa dan dugaan kami memang benar, Bu Rina masuk ke kelas untuk menyampaikan tugas dari Bu Titik untuk kami. Kami kembali berjingkrak-jingkrak.
“Pelajari jumlah dan selisih cos sinus lalu kerjakan minimal 5 soal, setiap anak harus mengerjakan soal yang berbeda.” Kurang lebih begitu bunyinya.
Begitu Bu Rina keluar dari kelas, kami menjalankan misi-misi “ngasab.”
Eits, kejutan buat kami bukan cuma itu. Saat sedang mengerjakan tugas tersebut, tiba-tiba Pak Asrori masuk ke kelas. Pak Asrori menitipkan selembar kertas pada Siti, sudah bisa kami tebak bahwa kertas tersebut berisi tugas. Yeay kami kembali tertawa bahagia atas kejutan di hari yang indah ini.

                                                                                                **
Jam pelajaran ketiga dan empat adalah TIK.
Desas-desus dari IPA 2 bahwa Bu Dewi tak masuk terdengar manis ditelinga warga Pampats.
Benar saja, begitu bel masuk pelajaran kedua berbunyi, selembar kertas tanda tugas menjadi jawaban atas desas-desus tersebut.
Begini bunyinya, “Kerjakan soal-soal UAS 2012”
Kami berprok-prok!
                                                                                                **
Jam pelajaran kelima dan enam adalah PAI.
Jam ketiga memang seharusnya free, karena Pak Asrori telah menitipkan tugas pada Siti. Ett tapi tiba-tiba ada Pak Kaslani masuk kelas. Pak Kaslani adalah guru BK yang mampu menghidupkan suasana, membuat kita tertawa dan pastinya memberi pencerahan atas impian di masa depan. Dan kehadiran beliau di jam ketiga ini memang pas, pas untuk menyegarkan otak kami sehabis bergelut dengan soal trigonometri.
Seperti biasa, beliau selalu memberikan materi bertema “masa depan”
Ya, kalau ngomongin soal masa depan emang ngga ada habisnya.
“Kita harus mempunyai tujuan hidup yang jelas.” Ungkap guru yang wallpapernya bersama motor gede itu.
“You know comberan? Comberan walau hitam tapi dia tau akan dibawa kemana arus airnya nanti. Tujuan hidupnya jelas. Kalo ngomong comberan Zahra keinget Ici” Lanjutnya.
Kami tertawa, Zahra mungkin mengelus dada.
“Nanti kamu mau jadi apa Zahra? Oh mungkin manager pemain bola.” Pak Kaslani terus menggasaki bocah yang disebut-sebut mirip Luna Maya ini.
“Yang mau jadi pramugari nanti tanggal 15 ada tes pramugari di aula, yang mau ikut silahkan. Jangan khawatir, yang tadinya item bakal jadi putih.”
“Berarti Ici harus ikutan biar putih,” Tukas Reka. Membuat kami lagi-lagi mentertawai Sang Ici.
Lagi asik-asiknya tertawa, tiba-tiba Bu Desi nongol. Dan maksud kedatangannya adalah menyampaikan tugas alias Bu Desi ngga masuk.
Kami senang tak karuan, Pak Kaslani heran melihat tingkah kami yang tak hentinya berselebrate.
Hari ini kita memang pesta!
                                                                                                **
Jam pelajaran ketujuh dan delapan telah dimulai.
Warga Pampats mulai sibuk dengan soal-soal fisika.
Benar kata Pak Agus, dibalik kesibukan ada ketidaksibukkan.
Saat kita tengah sibuk bergelut dengan soal, di bangku belakang ada yang sedang berduaan cengar-cengir bersama. Siapa lagi kalo bukan pasangan Pampats minggu ini, Bennilla.
Di jam-jam awal memang semua berjalan mulus, lancar-lancar aja. Tapi saat bel pulang terdengar, keringsangan mulai terlihat.
Itu tandanya kami akan segera menjalankan misi-misi “ngasab.”

15 menit berlalu.
Sekolah udah sepi.
Pak kebun ngamuk ngusir kita.
“Hari ini ngga ada guru tapi pulangnya paling telat. Ternyata bebas itu ngga enak.” Salsa curhat di lorong depan.
“Bebas sih bebas, tapi tugasnya mengalir deras.” Timpal yang lain.

Pesan kramat: Hari ini indah dengan segala tugas-tugas sekolah.

Cekidot Cekipreng: Hari ini Indah



8-11-13

Hari ini indah.
Masa SMA emang bakalan jadi masa yang paling dikenang  jika kita udah gede nanti. Bersyukur masa SMA kita ini begitu indah bersama Pampats, The Only One Gesrek.
                                                                                **
Hari ini jadi hari yang dipenuhi tekanan batin bagi Oglek. Hari ini jadi hari kramatnya buat duduk di bangku depan ketika ada pelajaran matematika. Skak mat.
Tapi untungnya ada Rike –target buat dijailin- yang duduk di belakang bangku Oglek. Oglek gembira, Rike mbesengut.

Materi matematika kali ini adalah trigonometri. Ya ya ya, seperti biasa Bu Titik asik menerangkan materi tersebut pada kami semua, mencacatnya di papan tulis, lalu duduk kembali di bangku.
Ya memang sih kami semua diam, sibuk memperhatikan Bu Titik menerangkan. Tapi,
“Sof, ngerti?” Arin bertanya pada Sofia.
“Engga.” Sofia bergeleng-geleng sambil tertawa pelan.

Lalu di samping bangku Arin tampak Khanza yang juga sedang menanyakan hal yang sama pada Nopi.
“Nop, ngerti?”
“Enggga.” Nopi juga tertawa.
Jadi, survei membuktikan bahwa kami diam karena tidak paham.
Tapi jangan khawatir, ada kok segelintir anak yang paham. Anak-anak yang dapat anugrah kepahaman yang luar biasa itu adalah Kharis, Nelu, Siti, dan Denny.
Seperti biasa, Bu Titik selalu meninggalkan tugas untuk mengerjakan soal.  Dan seperti biasa juga, kami selalu memakai jurus “ngasab” agar tugas tersebut selesai tanpa mengerutkan dahi, tanpa mengkritingkan jari-jari.
“Yang udah siapa nih?” Robi sedang dalam masa-masa “ngasab”
“Nih aku udah.” Kharis menyodorkan kertas anugrahnya.
“Gimana kalo ditulis di papan tulis aja? Biar bersama.” Zahra mengeluarkan ide cemerlang.
Lalu secara serempak, aku, Khanza, Robi, Lela, Zahra dan yang lain berkata: ayo semangat ngasab!
Mulailah semua penghuni Pampats duduk di kursi pilihannya masing-masing, lalu sibuk menulis jawaban Kharis yang Zahra tulis di papan tulis.
Bel pulang berbunyi, namun kami semua tidak menghiraukan dan masih saja sibuk dengan acara “ngasab.” Mungkin hal ini menimbulkan decak kagum kelas lain yang berlalu lalang pulang, sehingga Arin berkata seperti ini,
“Mungkin kelas lain nyangkanya kita rajin nulis materi ya, sampe-sampe udah bel pulang pun masih aja nulis. Padahal kita lagi nulis contekan. Haha.” Tertawaan dari yang lain membuat kelas semakin ramai.
“Namanya juga penerus kesber, kebersamaannya dapet.” Khanza mengacungkan jempol.
                                                                                ***
Ceritanya Brebes mau bikin rekor istigosah terbanyak, jadi secara paksaan kami semua harus ikut acara tersebut.
Tibalah jam 1, kami semua sudah berkumpul di depan kelas yang bertuliskan XI IPA 4 namun penghuninya mengaku sebagai jelmaan XI IPS 5. Alias penerus kesber.
Kami semua berangkat bersama-sama, tentunya dengan membawa tikar yang nantinya akan dipakai untuk duduk di Gedung Islamic. Konon, kami semua memang sengaja jalan berbarengan karena “ngalap” tikarnya. Jadi, siapapun yang kebagian membawa tikar, dialah yang akan di kerubungi kami semua. Ketika tikar dipegang Lala, kami semua berjalan beriringan disebelah Lala, begitu seterusnya.
Islamic sesak dipenuhi lautan manusia berbaju putih. Tapi kami semua tetap berjalan beriringan demi terus bersama –bersama mendapatkan tempat duduk di tikar-
Kupon yang telah kami dapat sewaktu di sekolah ternyata bisa ditukar dengan buku yasin.
Setelah mendapat buku yasin, kami berjalan lagi untuk mendapat jajan. Setelah mendapat jajan, rupanya Arin dan Khanza berjalan menepi untuk memasukan jajan “pertama” dalam tas masing-masing, lalu mereka kembali meminta jajan “kedua” pada panitia. Bahkan Khanza berhasil mendapat jajan “ketiga.”
Selesai memilih tempat yang pas, kami semua duduk teratur lengkap dengan jajan di depan mata kami. Jika ada salah satu anak yang terdeteksi belum duduk berkumpul, kami semua akan berteriak mencari-cari. Kompak.
Selama duduk di tikar kebersamaan tersebut, tak hentinya kami tertawa oleh kocolan ala Oglek. Dan ritual sorak pun terus saja dilakukan walau sedang dalam keramaian umum seperti ini.
Jajan memang sudah tersedia di depan mata, tapi Reka terus saja meminta aku dan Zulfa melempar jajan milik kami kepadanya, dan Nopi selalu saja memberhentikan setiap penjual es dan cemilan yang lewat.
Reka memanggilku, menyuruhku untuk membeli gorengan dengan dana kas. Rupanya ketua kelas mengijinkan ide tersebut dan berjalanlah aku serta Reka menuju gerobak gorengan.
Ini sih bukan istigosah, tapi lebih mirip piknik. Piknik ala IPA 4, ada tikar yang dipenuhi jajanan dan es yang tercecer dimana-mana.
Dan survei membuktikan bahwa hanya IPA 4 lah yang membawa tikar dan duduk bersama-sama secara lengkap.
Setelah berunding untuk pulang, kami beranjak dari tikar lalu membereskan sampah-sampah di tikar. Rike bertanya,
“Naga, ini sih mau ngapain kok pada beres-beres?” Tanya Rike polos.
“Yaampun Rike, ini mau pulang.”  Aku memegang kepala.
“Rike Rike, masih aja ngga konek.” Oglek meledek.

Pulangnya pun begitu, kami masih saja berjalan beriringan bersama-sama walau sudah tak bermodus mendapat jatah duduk di tikar.
Ada pemandangan romantis yang terus saja diperlihatkan oleh pasangan Benny dan Nilla yang notabene nya masih anget. Benny yang dengan romantisnya menggelar sajadah untuk diduduki oleh Nila, Benny yang dengan romantisnya berjalan bersama didepan barisan kami, lalu diteriakan ciye oleh kami semua.
Ada pemandangan unik yang diperlihatkan oleh pasangan Aqil dan Gilang yang notabene nya kategori nomer 2 pembagian cowok ala Bang Raditya Dika. Gilang yang membawa gulungan tikar di bahunya, ini mirip seperti adegan suami yang di usir dari rumah oleh istrinya yaitu Aqil. Lalu ketika Gilang capek, digantikan dengan Aqil yang membawa gulungan tikar tersebut. Eh tapi Aqil meletakan gulungan tikar di tengah jalan, mirip bayi yang terbuang.

Pesan kramat: Ngasab, sorak adalah bagian dari ritual kekompakkan kami.
Special thanks for Ipampats {}
Hari ini indah, kalian kompak. Hidup penerus kesber.